
BPD GO DIGITAL: Compliance & Innovation
Bandung, 12–14 November 2025 — Gelaran “BPD GO DIGITAL: Compliance & Innovation” di Hotel Pullman Bandung menjadi momentum penting bagi dunia perbankan daerah dalam memperkuat langkah menuju transformasi digital yang berkelanjutan dan aman. Kegiatan ini diselenggarakan oleh PT Mitra Mandiri Informatika (MMI) bekerja sama dengan Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbanda) dan didukung oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Selama tiga hari, forum ini menghadirkan beragam solusi strategis mencakup cyber security (IBM Guardium), ICoFR (SAS Viya), e-procurement (Promise), dan Artificial Intelligence (BytePlus AI), yang seluruhnya diarahkan untuk mendukung tata kelola dan inovasi digital di lingkungan Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Indonesia.
Para peserta dari seluruh BPD antusias mengikuti berbagai sesi yang menyoroti isu kepatuhan, inovasi, dan keamanan dalam era ekonomi digital. Dalam konteks transformasi yang semakin pesat, keamanan siber menjadi fokus utama, bukan sekadar pelengkap teknologi, melainkan fondasi penting bagi keberlanjutan sistem keuangan nasional. Deputi Bidang Keamanan Siber dan Sandi Perekonomian BSSN, Slamet Aji Pamungkas, menyampaikan bahwa keberhasilan ekonomi digital Indonesia sangat bergantung pada kesiapan keamanan siber di seluruh sektor. Ia menegaskan, ketika Indonesia menargetkan diri menjadi salah satu dari lima besar ekonomi dunia pada tahun 2045, ekonomi digital akan menjadi tulang punggung perekonomian nasional.
“Potensi ekonomi digital Indonesia sangat besar, tetapi di balik peluang itu terdapat risiko yang juga besar. Karena itu, sejak awal kita harus siap dengan strategi mitigasi dan manajemen risiko yang matang,” ujarnya. Slamet menjelaskan empat paradigma utama keamanan siber yang perlu diterapkan setiap organisasi: keamanan siber harus dipandang sebagai investasi, bukan biaya; dirancang sejak awal (by design), bukan reaktif setelah terjadi insiden; menjadi tanggung jawab kolektif seluruh pihak, bukan hanya tim IT; serta membutuhkan komitmen top-down dari pimpinan tertinggi agar kebijakan keamanan dapat berjalan efektif.
Ia juga menegaskan bahwa faktor manusia merupakan komponen paling krusial dalam menjaga keamanan siber. Berdasarkan standar SNI 27001:2022, sekitar 70 persen unsur keamanan informasi bergantung pada kesadaran dan perilaku sumber daya manusia. Banyak pelanggaran justru terjadi karena kelalaian individu, seperti mengabaikan pembaruan sistem atau tidak berhati-hati terhadap serangan phishing. “Teknologi boleh semakin canggih, tetapi jika penggunanya tidak memiliki kesadaran keamanan, sistem tetap bisa ditembus,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Subekti Heriyanto, Direktur Operasional Asbanda, menegaskan pentingnya kolaborasi antarseluruh Bank Pembangunan Daerah agar tidak berjalan sendiri-sendiri dalam menghadapi tantangan digitalisasi. Ia berharap seluruh BPD dapat saling terhubung melalui sistem transaksi yang terintegrasi, efisien, dan aman. Menurutnya, kolaborasi digital semacam ini bukan hanya memperkuat layanan kepada masyarakat, tetapi juga membangun fondasi yang kokoh bagi ekosistem keuangan nasional. “Keamanan digital harus dipandang sebagai investasi strategis, bukan pemborosan. Ini adalah bentuk perlindungan jangka panjang bagi kepercayaan dan reputasi lembaga keuangan,” ujarnya.
Sementara itu, Herry Prajitno, Customer Advisory Director SAS Indonesia, menambahkan bahwa penerapan Internal Control over Financial Reporting (ICoFR) melalui SAS Viya dapat menjadi elemen penting bagi BPD dalam menjaga integritas laporan keuangan di era digital. Menurutnya, solusi ICoFR mampu mendeteksi ketidaksesuaian secara otomatis, mempercepat proses audit, serta memperkuat kepercayaan publik terhadap transparansi lembaga perbankan daerah. “Dengan sistem yang terintegrasi dan berbasis analitik, BPD dapat memastikan setiap transaksi terekam dan terlacak dengan baik. Hal ini bukan hanya mendukung kepatuhan, tetapi juga meningkatkan kredibilitas institusi di mata regulator dan masyarakat,” jelas Herry.
Selain itu, forum ini juga menyoroti kemampuan Artificial Intelligence melalui BytePlus AI, yang berperan penting dalam meningkatkan efisiensi operasional, kemampuan analitik, serta kualitas layanan digital perbankan. Teknologi AI menjadi enabler untuk pengambilan keputusan lebih cepat, deteksi risiko lebih dini, dan peningkatan pengalaman nasabah melalui otomatisasi berbasis data.
Untuk mendukung proses pengadaan yang lebih transparan dan efisien, MMI turut memperkenalkan Promise, solusi e-procurement yang dirancang untuk membantu bank menjalankan proses pengadaan secara akuntabel, terdokumentasi, dan sesuai prinsip tata kelola modern. Promise menjadi salah satu komponen penting dalam ekosistem transformasi digital BPD, terutama dalam meningkatkan efisiensi operasional dan kepatuhan terhadap standar regulasi.
Melalui forum BPD GO DIGITAL: Compliance & Innovation, kolaborasi antara MMI, Asbanda, dan BSSN menjadi bukti nyata bahwa transformasi digital di sektor perbankan tidak sekadar soal adopsi teknologi, tetapi juga tentang membangun kepercayaan, tata kelola, dan ketahanan digital nasional.
